Senin, 20 Januari 2014

NASKAH PIDATO TEMA "Olahraga penting bagi kesehatan"


NASKAH PIDATO

 

 

               Assalamu'alaikum WR.WB selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dah hidayahnya sehingga di pagi yang cerah ini kita dapat berkumpul di lapangan dalam rangka memperingati hari Kesehatan Nasional yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali yaitu tanggal 12 November.

Yang terhormat Ibu Kepala Sekolah SMPN 6 Depok,

Yang terhormat Bapak/Ibu guru beserta staf tata usaha,

Yang terhormat Ibu Evi Zulimar selaku guru bahasa Indonesia,

Dan tak lupa siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX yang saya hormati.

 

            Hadirin yang terhormat,

Sebelum memulai saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evi Zulimar yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mewakili kelas IX-A dalam menyampaikan pidato yang bertema “olahraga penting bagi kesehatan”.

 

Hadirin yang berbahagia,

Sering kali kita dengar kata olahraga, olahraga sudah digemari oleh banyak orang, dan bisa dilakukan oleh siapa saja mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga manula, tetapi ada juga yang lebih memilih duduk manis dirumah karena menganggap olahraga hanya membuat badan menjadi lelah. Sebenarnya olahraga sangat penting dan memiliki banyak manfaat terutama untuk kesehatan tubuh kita. Olahraga dan kesehatan merupakan hubungan yang tak dapat dipisahkan, jika kita ingin sehat maka kita harus berolahraga. Olahraga adalah suatu aktivitas yang dapat menyehatkan diri dari luar maupun dari dalam atau lebih dikenal dengan nama sehat jasmani dan rohani.

 

Hadirin yang terhormat,

Banyak berbagai cara untuk berolahraga seperti lari pagi, bermain bulu tangkis, bersepeda dan lain-lain. Dengan berolahraga tubuh kita akan mengeluarkan keringat, keringat merupakan kotoran yang tersimpan dalam tubuh maka keringat perlu dikeluarkan sehingga tubuh kita akan menjadi sehat. Olahraga penting bagi kesehatan sebab dengan berolahraga dapat melancarkan peredaran darah, melemaskan sendi-sendi yang kaku, jika tubuh kita kurang gerak maka tubuh kita akan bermasalah dan tidak sehat, yang selanjutnya olahraga dapat melancarkan sistem metabolisme tubuh, dan  dengan berolahraga tubuh kita terhindar dari berbagai penyakit

 

            Hadirin yang berbahagia,

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pidato ini adalah olahraga sangat penting dan memiliki banyak manfaat terutama untuk kesehatan tubuh kita, dengan berolahraga tubuh kita akan menjadi sehat, dapat melancarkan peredaran darah, melemaskan sendi-sendi yang kaku, memperlancar sistem metabolisme tubuh dan dapat terhindar dari berbagai penyakit. Harapan saya semoga semua bisa melaksanakan olahraga setiap hari secara teratur agar selalu tetap sehat, dan olahraga merupakan hal yang penting untuk kesehatan tubuh kita.

 

            Hadirin yang terhormat,

Demikian pidato dari saya semoga bermanfaat dan terima kasih atas perhatian semua. Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan.

 

            Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 

Senin, 06 Januari 2014

CERITA PENDEK TEMA PERSAHABATAN



Gara-gara murid baru


Ada tiga anak bersahabat yaitu Fida, Ana dan Aurel. Mereka saling mengenal satu sama lain saat duduk di kelas 5 SD dan saat itulah mereka bersahabat. Sekarang Fida, Ana dan Aurel bersekolah di SMP Harapan Bangsa duduk di kelas 3 SMP.
 Matahari bersinar cerah Fida sudah bersiap – siap untuk berangkat sekolah menggunakan sepeda. Setiap hari Fida berangkat sekolah bersama Ana dan Aurel. Baginya sekolah adalah tempat kesehariannya. Mereka bagaikan itik ayam yang tidak mau tertinggal dari induknya. Jadi, Fida harus ke rumah Ana dan Aurel terlebih dahulu karena rumah mereka berdekatan hanya rumah Fida saja yang jauh dari Ana dan Aurel. Dengan semangat dan penuh riang Fida menggoes sepeda karena jam pelajaran pertama adalah pelajaran matematika yang diajari oleh bu Ririn, Bu Ririn adalah guru favorit Fida karena bu Ririn adalah guru yang tegas dan sangat disiplin dalam berpakaian dan kehadiran murid-muridnya, terutama kalau masalah terlambat saat jam pelajarannya pasti akan dihukum.        
Tepat di depan rumah Aurel dan Ana.
            “Ana, Aurel ayo berangkat, sudah siang ! ” teriak Fida memanggil Ana dan Aurel. Ternyata Ana sudah menunggu kenantian Fida di dalam rumahnya, sedangkan Aurel belum keluar juga dari rumahnya.
“Aurel, ayo berangkat !” teriak Fida dan Ana di depan rumah Aurel. Fida dan Ana tetap sabar menunggu Aurel. Tiba-tiba Aurel keluar dengan penampilan yang masih berantakan dan juga belum mengeluarkan sepedanya dari garasi.
            “Iya, ya,” sahut Aurel terburu-buru. Fida, Ana dan Aurel dengan cepat menggoes sepeda, lubang pun dihantam olehnya karena takut terlambat.
Sesampainya di Sekolah bel pun langsung berbunyi sedangkan Fida, Ana dan Aurel tetap masih di Parkir sepeda kelelahan dengan keringat yang bertetesan dan baju yang basah penuh keringat.
            “Sudah ayo kita masuk kelas,” ajak Fida.
            “Nanti sajalah , kita istirahat dulu saja disini,”jawab Aurel.
Fida, Ana dan Aurel beristirahat di tempat parkir sepeda dengan tenang. Setelah beristirahat Fida, Ana dan Aurel bergegas menuju kelas di tengah perjalanan Fida baru ingat kalau ada pelajaran bu Ririn. Fida, Ana dan Aurel langsung berlari menuju kelas dengan sekuat tenaga.
Sesampai di kelas ternyata sudah ada bu Ririn. Raut wajah Fida, Ana dan Aurel takut dan panik. Mereka pun memberanikan diri untuk masuk kelas. Tak ditebak lagi Fida, Ana dan Aurel dihukum untuk membersihkan WC wanita selama satu jam pelajaran.
            “Rel gara-gara kamu nih kita kita dihukum. Coba saja kalau kita tidak istirahat dulu pasti kita tidak akan dihukum seperti ini,” ujar Fida menyalahkan Aurel di WC wanita.
            “Fid, kamu gak bisa menyalahkanku seperti ini dong, pasti kamu juga lelah ”sahut Aurel.
            “Sudah, sudah hal seperti ini saja kalian permasalahkan, ya sudah sekarang kalian baikan ini bukan salah Aurel atau siapapun ini kesalahan kita semua,” kesal Ana.
Fida dan Aurel pun baikkan, Dengan sendirinya Fida dan Aurel menyadarinya kesalahannya masing-masing.
Fida, Ana dan Aurel sangat lelah karena wc tersebut cukup kotor. Tiba-tiba bel pelajaran kedua pun berbunyi dengan senangnya Fida, Ana dan Aurel selesai dari hukummannya. Pelajaran kedua telah mereka lalui waktunya istirahat.
            “Rel, rel,” panggil Ana. Tetapi Aurel tidak menjawabnya, lalu Ana melihatnya, tak disadari oleh Ana dan Fida ternyata Aurel tertidur di kelas karena tidur larut malam       
“Rel, bangun rel ayo kita sholat sudah istirahat,” Ana membangunkannya sambil menepuk tangan Aurel.
Biasanya Fida, Ana dan Aurel mengisi jam istirahat pertama dengan shalat Dhuha.
            “Eh kamu na, aku kira bu Ririn,” Aurel pun terkaget
            “Tenang saja kok rel sudah istirahat, Ayo kita Sholat,” kata Ana Aurel bernafas lega.
Setelah shalat Fida, Ana dan Aurel beristirahat di Kantin. Banyak anak-anak membicarakan kalau akan ada murid baru dikelas Fida, Ana dan Aurel. Fida penasaran dengan murid baru tersebut. Fida pun mencari tahunya, sedangkan Ana dan Aurel menghiraukan kedatangan murid baru tersebut. Fida pun sangat senang dan gembira ternyata murid baru tersebut adalah perempuan karena dapat dijadikan teman atau sahabat.
            Pagi yang cerah Fida, Ana dan Aurel dengan semangat menggoes sepeda karena tidak ingin di hukum lagi karena terlambat dan rasa penasaran Fida dengan murid baru di kelasnya. Saat jam pelajaran bu Ririn selaku wali kelas memperkenalkan murid baru tersebut.
            “Anak-anak sekarang kita kedatangan murid baru, silahkan Sinta kamu memperkenalkan dirimu kepada teman-temanmu,” kata bu Ririn.
            “Baik bu, hai teman-teman perkenalkan nama saya Sinta Rahayu Putri Panggil saja Sinta,” Sinta memperkenalkan dirinya. Teman-teman sekelas risih melihat penampilan Sinta yang kumel dan kampungan. Lalu Sinta duduk di bangku yang kosong tepat dibelakang bangku Fida.
            Bisa dibilang sekolah Ana, Fida dan Aurel adalah sekolah yang sebagian besar berasal dari orang yang berada atau kalangan tertentu dan pastinya guru-gurunya juga profesional. Sedangkan Sinta bukan berasal dari orang yang berada. Itu pun menjadi kebanggan tersendiri bagi Sinta dapat masuk ke sekolah tersebut melalui prestasinya yang baik. Fida pun terkagum-kagum dengan prestasi yang telah diraih oleh Sinta.
Setelah bel istirahat berbunyi semua teman-teman menghiraukan kedatangan Sinta dan menjauhinya termasuk Ana dan Aurel. Fida menghampirinya untuk berkenalan, hanya fida saja yang berkenalan dengannya.
“Hai, aku Fida,” Fida memperkenalkan dirinya. Dan Sinta tersenyum lebar.
“Hai,” jawab Sinta.
“Fid, kok yang lain sepertinya tidak suka dengan kedatanganku yah?” Tanya Sinta.
“Tidak mereka pasti senang lah, mungkin dia sudah tak tahan menahan perutnya yang lapar, jadi mereka semua langsung ke kantin deh,”ujar Fida membuat senang Sinta.
Fida dan Sinta berbincang-bincang dan tertawa-tawa, sedangkan Ana dan Aurel entah kemana. Lalu Fida mengajak Sinta untuk berkeliling di sekitar sekolah dan memberitahukan fasilitas-fasilitas dan tempat yang ada di sekolah SMP Harapan Bangsa. Setelah lelah berkeliling Fida pergi Kantin untuk membeli minum sedangkan Sinta kembali ke kelas.
Sesampai di kantin Fida bertemu dengan Ana dan Aurel
            “Hai Fid, darimana saja kamu Fid ?” Tanya Aurel
            “Aku tadi berkenalan dengan Sinta dan mengajaknya berkeliling sekolah, aku mau nanya deh sama kalian kok sikap kalian gitu sih sama Sinta? dia orangnya baik dan asyik kok,” Tanya Fida. Ana dan aurel terkaget kalau Fida berkenalan dengan Sinta.
            “Hah, kamu buta Fid mau berkenalan dan mengajak Sinta berkeliling sekolah”sahut Aurel
            “Tidak, apa salahnya aku berteman dengannya, dia sama kok sama kalian, bagaimana kalau dia jadi sahbat kita ?” usul Fida
            “Tidak, tidak lihat saja penampilannya beda jauh banget sama kita dan lagi pula dia hanya bisa menghabisi uang kita saja lagi” tolak Aurel. Sedangkan Ana hanya mengikuti  Aurel.
            “Fid sepulang sekolah jadikan kita shopping, aku baru saja dapat uang dari ayahku,” sahut Ana mengalih pembicaraan
            “Jadi dong, nanti kita ketemuan di depan mall saja yah !” jawab Fida

Tanpa disadari waktu telah berjalan dengan cepat dan tibalah waktu pulang.
            “Fida ayo kita pulang !” teriak Ana dan Aurel
            “Kalian duluan saja, aku ada keperluan dengan bu Ririn dulu” jawab Fida
            “Oh ya sudah jangan lupa sepulang sekolah yah !” kata Aurel mengingatkan Fida
            “Oke,”jawab Fida.
Saat perjalanan pulang Fida dengan tenang mengayuh sepeda sendiri. Saat di tengah perjalanan Fida melihat orang dari kejauhan seperti terjatuh. Fida pun menghampirinya ternyata Sinta, ia mengalami kecelakaan kecil ditabrak motor.
Fida tak tega melihat kondisi Sinta yang luka di bagian lututnya dan tangannya untuk berjalan pulang sendirian. Lalu Fida mengantarkan Sinta pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah Sinta, Fida terheran-heran dengan rumahnya Sinta yang ditemboki dengan anyaman bambu.
“Masih saja ada rumah yang seperti ini,” ucap Fida dalam hati,
“Fid, maaf yah rumah aku memang seperti ini, pasti kamu tak biasa,” kata Sinta.
“Tidak, rumahku dulu juga seperti ini kok,” Fida merendahkan diri.
Fida pun membantu ibunya Sinta untuk mengobati luka pada lutut dan tangannya Sinta. Fida dengan ibunya Sinta pun mengobrol-ngobrol asyik sampai tak ingat waktu.  Fida terkaget melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 05.00 WIB. Fida pun berpamitan dan langsung pergi ke rumah Ana dan Aurel  untuk meminta maaf.
Saat perjalanan “Ana dan Aurel pasti marah denganku,” dalam hati.
Sesampai di rumah Aurel dan Ana.
            “Ana, Aurel maafkan aku, aku tadi aku bertemu dengan Sinta ia terjatuh lalu aku mengantarkan ke rumahnya.”Fida menjelaskan. Ana dan Aurel pun kesal mendengar hal itu.
“kamu pergi dengan Sinta. Aduh rel kamu ngapain sih dekat-dekat dengan Sinta dia itukan gak pantas pergi dengan kamu rel,” ucap Aurel. Fida pun langsung kesal  atas perkataan Aurel
“Sekarang kamu sudah gak peduli lagi yah dengan kita”marah dan kesal Ana dan Aurel
            “Bukan seperti  itu rel, na aku tak tega melihat dia” ujar Fida.
            “Kamu tega dengan Sinta, tapi kamu gak tega dengan Aku dan Aurel menungu kamu berjam-jam”kata Ana . Aurel dan Ana pun langsung masuk rumah mereka masing-masing. Fida pun langsung pulang dengan wajah yang sedih.
            Ana dan Aurel menganggap kedatangan murid baru tersebut yaitu Sinta telah membuat Fida berubah dan tidak peduli lagi dengan Ana dan Aurel. Ana dan aurel pun menyalahkan Sinta bahwa ia pembawa buruk bagi persahabatannya.
            Ana dan Aurel menjadi kesal dengan Sinta. Ana dan Aurel tak suka apabila Sinta berteman dengan Fida. Mereka pun telah merencanakan sesuatu, rencana mereka berdua pun ingin membuat Fida kesal dan marah dengan Sinta supaya Fida tidak mau berteman dengan Sinta. Ana dan Aurel takut dan tidak mau kalau Fida berteman dan bersahabat dengan Sinta.
Mentari pagi bersinar. Fida hendak ke rumah Ana dan Aurel berniat untuk meminta maaf. Sesampainya ternyata Ana dan Aurel sudah berangkat duluan.
            “Pasti Ana dan Aurel masih marah denganku,” ucap Fida dalam hati.
Fida pun teringat dengan Sinta dengan perasaan tak tega kalau Sinta berangkat sekolah sendiri dengan kondisi lutut dan tangnnya yang luka. Fida pun Pergi ke rumah Sinta untuk  berangkat sekolah bersama. Ternyata kondisi Sinta sudah membaik. Sinta dan Fida berangkat sekolah bersama dengan menggunakan sepeda.
Sebelum bel berbunyi Ana dan Aurel menyapa Sinta dengan baik
“Hai, Sinta,” sapa Aurel dengan seyuman terpaksa. Sinta dengan senang karena teman sekelasnya yaitu Ana dan Aurel sudah menerima kedatangan Sinta.
“Sin kamu tahu gak sih kedatangan kamu tuh membuat Fida menjauhi kita. Kamu tuh gak pantas untuk masuk sekolah ini karena yang bisa masuk sekolah ini hanya orang-orang kaya gak seperti kamu,”ujar Aurel. Sinta pun terkaget dengan perkataan Aurel yang sangat pedih itu. Dikira Sinta kedatangan Ana dan Aurel untuk berteman. Sinta pun hanya bisa terdiam.
“Aku peringatin yah sama kamu jangan dekat-dekat dan jauhin Fida karena Fida adalah sahabat kita. Kita gak mau yah sahabat kita berteman dengan orang seperti kamu,”ujar Aurel dengan nada bentak.
Saat jam pelajaran berlangsung Sinta meneteskan air mata dan Sinta menyesal seharusnya Sinta tidak menerima tawaran untuk masuk ke sekolah SMP Harapan Bangsa dan Sinta menyadari kalau perkataan Aurel dan Ana benar “Tak sepantasnya aku masuk sekolah ini,”ucap Sinta dalam hati. Sinta pun tak langsung menyerah, Sinta bertekad untuk bertahan di sekolahnya karena maksud Sinta hanya untuk mencari ilmu dan membangun ekonomi keluarganya. Sinta menghiraukan perkataan Ana dan Aurel.
Ana dan Aurel semakin kesal karena Sinta semakin dekat dengan Fida. Ana dan Aurel pun tak bisa membiarkan begitu saja Sinta berdekatan dengan Fida.
            Ana dan Aurel pun menjalankan rencananya. Saat jam pelajaran olahraga Fida dan Sinta sedang berganti pakaian. Saat itulah Ana dan Aurel menjalankan rencananya dengan diam-diam Aurel mengambil dompet Fida, sedangkan Ana mengawasinya.
“cepat,rel” kata Ana takut ketahuan. Dan saat itu keadaan kelas kosong dan sepi hanya ada Ana dan Aurel.
            Lalu Aurel memasukan Dompet Fida ke dalam tas Sinta. Aurel bermaksud untuk membuat Fida marah dengan Sinta dan agar Fida tidak berteman dengan Sinta lagi.
Setelah selesai olahraga Fida ingin membeli minum, Fida pun meraba-raba kantong sakunya tanpa disadari oleh Fida dompetnya tidak ada. Fida pun baru ingat kalau dompetnya ditinggal di tas, dan lalu Fida meminjam uang Sinta dulu untuk membayar minumannya itu.
            Sesampai di kelas Fida pun mengecek tasnya, ternyata dompetnya juga tidak ada.
            “Sin, kamu melihat dompetku tidak ?” Tanya Fida
            “Tidak, memang kamu taruh mana?” perhatian Sinta.
            “Aku yakin banget kalau tadi aku taruh di tas,” jawab Fida.
            Fida pun menanyakan hal itu kepada teman-teman sekelasnya. Teman-temannya menjawab “tidak,”. Fida juga menanyakannya kepada Ana dan Aurel
            “na, rel kamu lihat dompet ku tidak ?”
            “mana ku tahu,”jawab Ana dengan nada gugup dengan wajah dan mata yang penuh kebohongan.
            Fida pun melihat wajah Ana “Pasti ana berbohong,” ucap Fida dalam hati, Fida sudah mengetahui bagaimana wajah dan mata Ana kalau sedang berbohong. Tetapi Fida tak mau asal menuduh Ana dan Aurel karena belum ada buktinya.
            “Siapa lagi selain si anak baru  itu,” sahut Aurel.
            “Rel, kamu jangan asal nuduh saja yah,” kesal Fida.
            “Coba saja cek ditasnya, sejak sebelum ada anak baru itu, kelas kita aman-aman saja kan,”ucap Aurel.
            Lalu Fida mengecek tas semua teman-teman sekelasnya itu, Ana dan Aurel pun membantunya. Fida terkaget melihat dompetnya ada di tas Sinta.
            “Fida, ini apa ?”
            “Ya ampun kok ada di tas aku,” kaget Sinta, sinta tak tahu menahu tentang hal itu.
            “Aku gak nyangka yah Sin, sama kamu aku kira kamu tuh anak yang baik,”ucap Fida.
            “Fid aku tidak tahu menahu kenapa dompet kamu ada di tas aku,”
Aurel pun senang melihat kejadian itu karena rencananya itu berhasil membuat Fida marah dengan Sinta. Sedangkan Ana merasa tak nyaman. Ana bukanlah orang yang suka berbohong.
Ana pun tak bisa menutupi rencananya itu. Ana tidak igin melihat ada keributan di kelas antara Sinta dan Fida. Ana pun mengajak Fida untuk keluar kelas.
            Fida terheran-heran karena tadinya Fida, Ana dan Aurel sedang marah-marahan.
Dengan berat hati Ana menceritakan rencananya itu, dan Ana pun menerima akibatnya jika Ana jujur dengan Fida pertama, Fida pasti akan kesal dan marah dengan Ana , kemudian yang kedua, Ana akan dimusuhi oleh Aurel karena tidak bisa bekerja sama dengannya, dan belum juga dari teman-teman sekelas terutama Sinta. Tetapi ana tidak bisa menyembunyikan hal itu, dan Ana pun akan selalu dihantui oleh kesalahan. Ana pun menceritakannya.
            “Fid, sebenarnya bukan Sinta yang mengambil dompetmu tetapi aku dan Aurel, Aurel yang menaruhnya dompetmu ke tas Sinta. Karena aku dan Aurel kesal dan tak suka melihatmu berteman dengan Sinta,” ujar Ana jujur kepada Fida. Dengan wajah menyesal.
            “Apa !, keterlaluan kamu,”marah Fida.
Fida langsung masuk ke kelas dan langsung meminta maaf kepada Sinta karena telah marah-marah dengannya padahal bukan Sintalah yang yang mengambilnya.
            “Aurel, aku kecewa sama kamu rel, kamu bisa melakukan hal ini kepadaku. dari dulu kita sahabat tapi kamu belum juga mengerti perasaanku. Aku tuh ingin punya teman baru. Bukan hanya kalian,”ucap Fida.
Aurel pun kesal dan langsung mengira pasti Ana yang memberitahukannya kepada Fida. Karena hanya Ana saja yang mengetahui rencananya, dan aurel semakin kesal karena Fida meminta maaf kepada Sinta.
“Kalian semua jahat aku tuh gak suka kalau kamu berteman dengan Sinta anak baru itu, dan kamu juga Na aku gak nyangka yah Na kamu gak bisa nyimpan rencana kita”marah Aurel.
“Ya sudah, lebih baik diantara kita tidak ada kata sahabat lagi saja,” ucap Aurel lagi.
            “Ya sudah, aku tuh rugi punya sahabat kaya kalian gak pernah mengerti perasaanku sedikit pun dan gara-gara kalian aku juga aku sering dihukum,”kata Fida.
Dengan sedih dan kecewa Ana dan Aurel mendengar perkataan Fida.
            “Oke, ini kan yang kamu mau. Selama ini aku gak mau kalau kita bersahabat dengan Sinta. Sekarang kamu bebas ingin bersahabat dengan siapapun,” Kata Aurel.
Setelah kejadian itu Fida, Ana dan Aurel menjalankan aktifitasnya masing-masing, tidak memperdulikan satu sama lain. Mulai dari berangkat sekolah, istirahat di kantin sampai pulang ke rumah.
Keesokan harinya dengan raut wajah yang pucat pada Ana, siapapun tak ada yang memperhatikannya kecuali Sinta. Sinta tak tega melihat Ana dengan wajah yang pucat.
            “Na, kamu kenapa ?”tegur Sinta. Ana tak bisa menjawab pertanyaan Sinta karena Ana sangat lelah dan tak berdaya. Sinta pun langsung membawa Ana ke ruang UKS sekolah dan member minum dan obat padanya. Kondisi Ana membaik setelah beristirahat di ruang UKS sekolah.
Di UKS sekolah “Sinta makasih yah kamu sudah membawaku  ke ruang UKS dan memberiku obat” ucap Ana. Ana terharu dengan kebaikan Sinta. Dan Ana meminta maaf kepada Sinta atas perbuatannya yang sangat buruk itu. Semakin terharu lagi Ana ternyata Sinta adalah orang yang pemaaf.
Hari ke hari mereka telah lalui pagi yang cerah Fida, Ana, Aurel, dan Sinta sudah ada di kelas untuk proses belajar mengajar berlangsung, Pada saat itu murid-murid harus mengumpulkan PRnya di depan meja bu guru. Fida dan Ana langsung mengumpulkannya. Sedangkan Aurel dengan wajah takut dan kebingungan ternyata Aurel belum mengerjakkan PRya. Aurel ingin melihat PR kepada Ana dan Fida tetapi Aurel gengsi dan malu. Saat itu Sinta melihat Aurel yang sedang kebingungan dan ketakutan. Sinta mengira pasti Aurel belum mengerjakannya.
            “Ni Rel, tapi besok-besok kalau ada PR kerjakan yah,” ujar Sinta sambil memberikan PRnya. Aurel tak bisa menolak pemberian dari Sinta daripada harus dihukum. Aurel dengan cepat menyalin PR tersebut.
Saat istirahat “makasih yah Sin, coba kalau tidak ada kamu pasti aku akan dihukum,” ucap Aurel.
            “iya sama-sama”jawab Sinta. Aurel dan Sinta berincang-bincang. Aurel baru menyadari kalau Sinta adalah orang yang baik dan sangat asyik. “menyesal aku tidak mendengar perkataan Fida saat itu, ternyata Sinta orangnya sangat baik dan asyik,” ucap Aurel dalam hati.
            “Sin, maafin aku yah waktu itu aku pernah jahat sama kamu, dan sekali lagi aku minta maaf atas dompet Fida yang aku taruh di tasmu,”ucap Aurel.
Sinta terkaget “Apa, ternyata kamu yang telah menaruh dompet Fida ditasku,”
Aurel terheran-heran. Aurel kira Sinta sudah mengetahuinya.
“Kamu belum mengetahuinya ? aku kira kamu sudah mengetahui hal itu dari Fida,”Tanya Aurel.
            “Tidak, Fida hanya meminta maaf kepadaku tidak memberitahukan siapa yang menaruh dompet Fida di tas Aku,” Jawab Sinta.
            “Iya, aku maafin kok,” kata sinta lagi.
            “Makasih yah,” Aurel sangat terharu dengan sikap Sinta walaupun dia telah dijahati tetap saja ia mau memaafkannya.
            Sinta merasa bersalah karena Sinta telah membuat persahabatan Fida, Ana dan Aurel terpecah-pecah belah. Sinta pun bertekad harus membuat persahabtannya kembali utuh. Sinta mengumpulkan Fida, Ana, dan Aurel di taman setelah pulang sekolah. Setelah berkumpul,
            “Ana, Fida, Aurel aku minta maaf yah, gara-gara aku persahabatan kalian            terpecah belah” kata Sinta.
 “ini bukan salah kamu kok sin ini salah aku seharusnya aku tidak bersikap seperti itu, Ana, Fida maafin aku yah,” ucap Aurel. Mereka pun saling bermaaf-maafan.
            “ya sudah, kalian sekarang bersahabat lagi yah seperti dulu. Aku janji aku takkan ganggu persahabatan kalian lagi,” Sinta memohon-mohon kepada ana dan Aurel.
            Gara-gara Sinta, Ana, Aurel dan Fida bersatu kembali menjadi sahabat terlebih dahulu.
            “Eh, teman-teman gimana kalau Sinta menjadi sahabat kita,” Kata Aurel dan Ana. Fida Teheran-heran dengan Aurel dan Ana karena saat Fida mengajak Sinta menjadi sahabatnya mereka berdua menolaknya.            Aurel pun menjelaskannya kalau Aurel sudah berubah gara-gara berteman dengan Sinta.Begitu pula dengan Ana.
            “Memang kalian tidak malu punya sahabat seperti aku?”Tanya Sinta.
            “Kenapa harus malu kita semua kan sama,”ucap Aurel.
            Sekarang persahabatan Ana,Fida dan Aurel menjadi 4 orang yaitu Ana, Aurel, Fida dan Sinta. Dengan senangnya Fida, Ana dan Aurel mempunyai sahabat baru yaitu Sinta.