Fitra Nurahim
Senin, 20 Januari 2014
NASKAH PIDATO TEMA "Olahraga penting bagi kesehatan"
Assalamu'alaikum WR.WB selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
Senin, 06 Januari 2014
CERITA PENDEK TEMA PERSAHABATAN
Gara-gara murid baru
Ada tiga anak bersahabat
yaitu Fida, Ana dan Aurel. Mereka saling mengenal satu sama lain saat duduk di
kelas 5 SD dan saat itulah mereka bersahabat. Sekarang Fida, Ana dan Aurel
bersekolah di SMP Harapan Bangsa duduk di kelas 3 SMP.
Matahari bersinar cerah Fida sudah bersiap –
siap untuk berangkat sekolah menggunakan sepeda. Setiap hari Fida berangkat
sekolah bersama Ana dan Aurel. Baginya sekolah adalah tempat kesehariannya. Mereka
bagaikan itik ayam yang tidak mau tertinggal dari induknya. Jadi, Fida harus ke
rumah Ana dan Aurel terlebih dahulu karena rumah mereka berdekatan hanya rumah
Fida saja yang jauh dari Ana dan Aurel. Dengan semangat dan penuh riang Fida
menggoes sepeda karena jam pelajaran pertama adalah pelajaran matematika yang
diajari oleh bu Ririn, Bu Ririn adalah guru favorit Fida karena bu Ririn adalah
guru yang tegas dan sangat disiplin dalam berpakaian dan kehadiran
murid-muridnya, terutama kalau masalah terlambat saat jam pelajarannya pasti
akan dihukum.
Tepat di depan rumah
Aurel dan Ana.
“Ana,
Aurel ayo berangkat, sudah siang ! ” teriak Fida memanggil Ana dan Aurel.
Ternyata Ana sudah menunggu kenantian Fida di dalam rumahnya, sedangkan Aurel
belum keluar juga dari rumahnya.
“Aurel, ayo berangkat !” teriak Fida
dan Ana di depan rumah Aurel. Fida dan Ana tetap sabar menunggu Aurel.
Tiba-tiba Aurel keluar dengan penampilan yang masih berantakan dan juga belum
mengeluarkan sepedanya dari garasi.
“Iya,
ya,” sahut Aurel terburu-buru. Fida, Ana dan Aurel dengan cepat menggoes
sepeda, lubang pun dihantam olehnya karena takut terlambat.
Sesampainya di Sekolah
bel pun langsung berbunyi sedangkan Fida, Ana dan Aurel tetap masih di Parkir
sepeda kelelahan dengan keringat yang bertetesan dan baju yang basah penuh keringat.
“Sudah
ayo kita masuk kelas,” ajak Fida.
“Nanti
sajalah , kita istirahat dulu saja disini,”jawab Aurel.
Fida, Ana dan Aurel
beristirahat di tempat parkir sepeda dengan tenang. Setelah beristirahat Fida,
Ana dan Aurel bergegas menuju kelas di tengah perjalanan Fida baru ingat kalau
ada pelajaran bu Ririn. Fida, Ana dan Aurel langsung berlari menuju kelas
dengan sekuat tenaga.
Sesampai di kelas
ternyata sudah ada bu Ririn. Raut wajah Fida, Ana dan Aurel takut dan panik.
Mereka pun memberanikan diri untuk masuk kelas. Tak ditebak lagi Fida, Ana dan
Aurel dihukum untuk membersihkan WC wanita selama satu jam pelajaran.
“Rel
gara-gara kamu nih kita kita dihukum. Coba saja kalau kita tidak istirahat dulu
pasti kita tidak akan dihukum seperti ini,” ujar Fida menyalahkan Aurel di WC
wanita.
“Fid,
kamu gak bisa menyalahkanku seperti ini dong, pasti kamu juga lelah ”sahut
Aurel.
“Sudah,
sudah hal seperti ini saja kalian permasalahkan, ya sudah sekarang kalian
baikan ini bukan salah Aurel atau siapapun ini kesalahan kita semua,” kesal
Ana.
Fida dan Aurel pun baikkan, Dengan
sendirinya Fida dan Aurel menyadarinya kesalahannya masing-masing.
Fida, Ana dan Aurel
sangat lelah karena wc tersebut cukup kotor. Tiba-tiba bel pelajaran kedua pun
berbunyi dengan senangnya Fida, Ana dan Aurel selesai dari hukummannya.
Pelajaran kedua telah mereka lalui waktunya istirahat.
“Rel,
rel,” panggil Ana. Tetapi Aurel tidak menjawabnya, lalu Ana melihatnya, tak
disadari oleh Ana dan Fida ternyata Aurel tertidur di kelas karena tidur larut
malam
“Rel, bangun rel ayo kita
sholat sudah istirahat,” Ana membangunkannya sambil menepuk tangan Aurel.
Biasanya Fida, Ana dan Aurel mengisi
jam istirahat pertama dengan shalat Dhuha.
“Eh
kamu na, aku kira bu Ririn,” Aurel pun terkaget
“Tenang
saja kok rel sudah istirahat, Ayo kita Sholat,” kata Ana Aurel bernafas lega.
Setelah shalat Fida, Ana
dan Aurel beristirahat di Kantin. Banyak anak-anak membicarakan kalau akan ada
murid baru dikelas Fida, Ana dan Aurel. Fida penasaran dengan murid baru
tersebut. Fida pun mencari tahunya, sedangkan Ana dan Aurel menghiraukan
kedatangan murid baru tersebut. Fida pun sangat senang dan gembira ternyata
murid baru tersebut adalah perempuan karena dapat dijadikan teman atau sahabat.
Pagi
yang cerah Fida, Ana dan Aurel dengan semangat menggoes sepeda karena tidak
ingin di hukum lagi karena terlambat dan rasa penasaran Fida dengan murid baru
di kelasnya. Saat jam pelajaran bu Ririn selaku wali kelas memperkenalkan murid
baru tersebut.
“Anak-anak
sekarang kita kedatangan murid baru, silahkan Sinta kamu memperkenalkan dirimu
kepada teman-temanmu,” kata bu Ririn.
“Baik
bu, hai teman-teman perkenalkan nama saya Sinta Rahayu Putri Panggil saja Sinta,”
Sinta memperkenalkan dirinya. Teman-teman sekelas risih melihat penampilan
Sinta yang kumel dan kampungan. Lalu Sinta duduk di bangku yang kosong tepat
dibelakang bangku Fida.
Bisa
dibilang sekolah Ana, Fida dan Aurel adalah sekolah yang sebagian besar berasal
dari orang yang berada atau kalangan tertentu dan pastinya guru-gurunya juga
profesional. Sedangkan Sinta bukan berasal dari orang yang berada. Itu pun
menjadi kebanggan tersendiri bagi Sinta dapat masuk ke sekolah tersebut melalui
prestasinya yang baik. Fida pun terkagum-kagum dengan prestasi yang telah
diraih oleh Sinta.
Setelah bel istirahat
berbunyi semua teman-teman menghiraukan kedatangan Sinta dan menjauhinya
termasuk Ana dan Aurel. Fida menghampirinya untuk berkenalan, hanya fida saja
yang berkenalan dengannya.
“Hai, aku Fida,” Fida
memperkenalkan dirinya. Dan Sinta tersenyum lebar.
“Hai,” jawab Sinta.
“Fid, kok yang lain
sepertinya tidak suka dengan kedatanganku yah?” Tanya Sinta.
“Tidak mereka pasti
senang lah, mungkin dia sudah tak tahan menahan perutnya yang lapar, jadi
mereka semua langsung ke kantin deh,”ujar Fida membuat senang Sinta.
Fida dan Sinta berbincang-bincang
dan tertawa-tawa, sedangkan Ana dan Aurel entah kemana. Lalu Fida mengajak Sinta
untuk berkeliling di sekitar sekolah dan memberitahukan fasilitas-fasilitas dan
tempat yang ada di sekolah SMP Harapan Bangsa. Setelah lelah berkeliling Fida
pergi Kantin untuk membeli minum sedangkan Sinta kembali ke kelas.
Sesampai di kantin Fida bertemu
dengan Ana dan Aurel
“Hai
Fid, darimana saja kamu Fid ?” Tanya Aurel
“Aku
tadi berkenalan dengan Sinta dan mengajaknya berkeliling sekolah, aku mau nanya
deh sama kalian kok sikap kalian gitu sih sama Sinta? dia orangnya baik dan
asyik kok,” Tanya Fida. Ana dan aurel terkaget kalau Fida berkenalan dengan
Sinta.
“Hah,
kamu buta Fid mau berkenalan dan mengajak Sinta berkeliling sekolah”sahut Aurel
“Tidak,
apa salahnya aku berteman dengannya, dia sama kok sama kalian, bagaimana kalau
dia jadi sahbat kita ?” usul Fida
“Tidak,
tidak lihat saja penampilannya beda jauh banget sama kita dan lagi pula dia
hanya bisa menghabisi uang kita saja lagi” tolak Aurel. Sedangkan Ana hanya
mengikuti Aurel.
“Fid
sepulang sekolah jadikan kita shopping, aku baru saja dapat uang dari ayahku,”
sahut Ana mengalih pembicaraan
“Jadi
dong, nanti kita ketemuan di depan mall saja yah !” jawab Fida
Tanpa disadari waktu
telah berjalan dengan cepat dan tibalah waktu pulang.
“Fida
ayo kita pulang !” teriak Ana dan Aurel
“Kalian
duluan saja, aku ada keperluan dengan bu Ririn dulu” jawab Fida
“Oh
ya sudah jangan lupa sepulang sekolah yah !” kata Aurel mengingatkan Fida
“Oke,”jawab
Fida.
Saat perjalanan pulang
Fida dengan tenang mengayuh sepeda sendiri. Saat di tengah perjalanan Fida
melihat orang dari kejauhan seperti terjatuh. Fida pun menghampirinya ternyata
Sinta, ia mengalami kecelakaan kecil ditabrak motor.
Fida tak tega melihat
kondisi Sinta yang luka di bagian lututnya dan tangannya untuk berjalan pulang
sendirian. Lalu Fida mengantarkan Sinta pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah
Sinta, Fida terheran-heran dengan rumahnya Sinta yang ditemboki dengan anyaman
bambu.
“Masih saja ada rumah
yang seperti ini,” ucap Fida dalam hati,
“Fid, maaf yah rumah aku
memang seperti ini, pasti kamu tak biasa,” kata Sinta.
“Tidak, rumahku dulu juga
seperti ini kok,” Fida merendahkan diri.
Fida pun membantu ibunya
Sinta untuk mengobati luka pada lutut dan tangannya Sinta. Fida dengan ibunya
Sinta pun mengobrol-ngobrol asyik sampai tak ingat waktu. Fida terkaget melihat jarum jam yang
menunjukkan pukul 05.00 WIB. Fida pun berpamitan dan langsung pergi ke rumah
Ana dan Aurel untuk meminta maaf.
Saat perjalanan “Ana dan
Aurel pasti marah denganku,” dalam hati.
Sesampai di rumah Aurel dan Ana.
“Ana,
Aurel maafkan aku, aku tadi aku bertemu dengan Sinta ia terjatuh lalu aku
mengantarkan ke rumahnya.”Fida menjelaskan. Ana dan Aurel pun kesal mendengar
hal itu.
“kamu pergi dengan Sinta.
Aduh rel kamu ngapain sih dekat-dekat dengan Sinta dia itukan gak pantas pergi
dengan kamu rel,” ucap Aurel. Fida pun langsung kesal atas perkataan Aurel
“Sekarang kamu sudah gak
peduli lagi yah dengan kita”marah dan kesal Ana dan Aurel
“Bukan
seperti itu rel, na aku tak tega melihat
dia” ujar Fida.
“Kamu
tega dengan Sinta, tapi kamu gak tega dengan Aku dan Aurel menungu kamu
berjam-jam”kata Ana . Aurel dan Ana pun langsung masuk rumah mereka
masing-masing. Fida pun langsung pulang dengan wajah yang sedih.
Ana
dan Aurel menganggap kedatangan murid baru tersebut yaitu Sinta telah membuat
Fida berubah dan tidak peduli lagi dengan Ana dan Aurel. Ana dan aurel pun
menyalahkan Sinta bahwa ia pembawa buruk bagi persahabatannya.
Ana
dan Aurel menjadi kesal dengan Sinta. Ana dan Aurel tak suka apabila Sinta
berteman dengan Fida. Mereka pun telah merencanakan sesuatu, rencana mereka
berdua pun ingin membuat Fida kesal dan marah dengan Sinta supaya Fida tidak
mau berteman dengan Sinta. Ana dan Aurel takut dan tidak mau kalau Fida berteman
dan bersahabat dengan Sinta.
Mentari pagi bersinar.
Fida hendak ke rumah Ana dan Aurel berniat untuk meminta maaf. Sesampainya
ternyata Ana dan Aurel sudah berangkat duluan.
“Pasti
Ana dan Aurel masih marah denganku,” ucap Fida dalam hati.
Fida pun teringat dengan
Sinta dengan perasaan tak tega kalau Sinta berangkat sekolah sendiri dengan kondisi
lutut dan tangnnya yang luka. Fida pun Pergi ke rumah Sinta untuk berangkat sekolah bersama. Ternyata kondisi Sinta
sudah membaik. Sinta dan Fida berangkat sekolah bersama dengan menggunakan
sepeda.
Sebelum bel berbunyi Ana
dan Aurel menyapa Sinta dengan baik
“Hai, Sinta,” sapa Aurel
dengan seyuman terpaksa. Sinta dengan senang karena teman sekelasnya yaitu Ana
dan Aurel sudah menerima kedatangan Sinta.
“Sin kamu tahu gak sih
kedatangan kamu tuh membuat Fida menjauhi kita. Kamu tuh gak pantas untuk masuk
sekolah ini karena yang bisa masuk sekolah ini hanya orang-orang kaya gak
seperti kamu,”ujar Aurel. Sinta pun terkaget dengan perkataan Aurel yang sangat
pedih itu. Dikira Sinta kedatangan Ana dan Aurel untuk berteman. Sinta pun
hanya bisa terdiam.
“Aku peringatin yah sama kamu
jangan dekat-dekat dan jauhin Fida karena Fida adalah sahabat kita. Kita gak
mau yah sahabat kita berteman dengan orang seperti kamu,”ujar Aurel dengan nada
bentak.
Saat jam pelajaran
berlangsung Sinta meneteskan air mata dan Sinta menyesal seharusnya Sinta tidak
menerima tawaran untuk masuk ke sekolah SMP Harapan Bangsa dan Sinta menyadari
kalau perkataan Aurel dan Ana benar “Tak sepantasnya aku masuk sekolah
ini,”ucap Sinta dalam hati. Sinta pun tak langsung menyerah, Sinta bertekad untuk
bertahan di sekolahnya karena maksud Sinta hanya untuk mencari ilmu dan
membangun ekonomi keluarganya. Sinta menghiraukan perkataan Ana dan Aurel.
Ana dan Aurel semakin
kesal karena Sinta semakin dekat dengan Fida. Ana dan Aurel pun tak bisa
membiarkan begitu saja Sinta berdekatan dengan Fida.
Ana
dan Aurel pun menjalankan rencananya. Saat jam pelajaran olahraga Fida dan
Sinta sedang berganti pakaian. Saat itulah Ana dan Aurel menjalankan rencananya
dengan diam-diam Aurel mengambil dompet Fida, sedangkan Ana mengawasinya.
“cepat,rel” kata Ana
takut ketahuan. Dan saat itu keadaan kelas kosong dan sepi hanya ada Ana dan Aurel.
Lalu
Aurel memasukan Dompet Fida ke dalam tas Sinta. Aurel bermaksud untuk membuat
Fida marah dengan Sinta dan agar Fida tidak berteman dengan Sinta lagi.
Setelah selesai olahraga
Fida ingin membeli minum, Fida pun meraba-raba kantong sakunya tanpa disadari
oleh Fida dompetnya tidak ada. Fida pun baru ingat kalau dompetnya ditinggal di
tas, dan lalu Fida meminjam uang Sinta dulu untuk membayar minumannya itu.
Sesampai
di kelas Fida pun mengecek tasnya, ternyata dompetnya juga tidak ada.
“Sin,
kamu melihat dompetku tidak ?” Tanya Fida
“Tidak,
memang kamu taruh mana?” perhatian Sinta.
“Aku
yakin banget kalau tadi aku taruh di tas,” jawab Fida.
Fida
pun menanyakan hal itu kepada teman-teman sekelasnya. Teman-temannya menjawab
“tidak,”. Fida juga menanyakannya kepada Ana dan Aurel
“na,
rel kamu lihat dompet ku tidak ?”
“mana
ku tahu,”jawab Ana dengan nada gugup dengan wajah dan mata yang penuh
kebohongan.
Fida
pun melihat wajah Ana “Pasti ana berbohong,” ucap Fida dalam hati, Fida sudah
mengetahui bagaimana wajah dan mata Ana kalau sedang berbohong. Tetapi Fida tak
mau asal menuduh Ana dan Aurel karena belum ada buktinya.
“Siapa
lagi selain si anak baru itu,” sahut
Aurel.
“Rel,
kamu jangan asal nuduh saja yah,” kesal Fida.
“Coba
saja cek ditasnya, sejak sebelum ada anak baru itu, kelas kita aman-aman saja
kan,”ucap Aurel.
Lalu
Fida mengecek tas semua teman-teman sekelasnya itu, Ana dan Aurel pun
membantunya. Fida terkaget melihat dompetnya ada di tas Sinta.
“Fida,
ini apa ?”
“Ya
ampun kok ada di tas aku,” kaget Sinta, sinta tak tahu menahu tentang hal itu.
“Aku
gak nyangka yah Sin, sama kamu aku kira kamu tuh anak yang baik,”ucap Fida.
“Fid
aku tidak tahu menahu kenapa dompet kamu ada di tas aku,”
Aurel pun senang melihat
kejadian itu karena rencananya itu berhasil membuat Fida marah dengan Sinta.
Sedangkan Ana merasa tak nyaman. Ana bukanlah orang yang suka berbohong.
Ana pun tak bisa menutupi rencananya
itu. Ana tidak igin melihat ada keributan di kelas antara Sinta dan Fida. Ana
pun mengajak Fida untuk keluar kelas.
Fida
terheran-heran karena tadinya Fida, Ana dan Aurel sedang marah-marahan.
Dengan berat hati Ana menceritakan
rencananya itu, dan Ana pun menerima akibatnya jika Ana jujur dengan Fida
pertama, Fida pasti akan kesal dan marah dengan Ana , kemudian yang kedua, Ana
akan dimusuhi oleh Aurel karena tidak bisa bekerja sama dengannya, dan belum
juga dari teman-teman sekelas terutama Sinta. Tetapi ana tidak bisa
menyembunyikan hal itu, dan Ana pun akan selalu dihantui oleh kesalahan. Ana
pun menceritakannya.
“Fid,
sebenarnya bukan Sinta yang mengambil dompetmu tetapi aku dan Aurel, Aurel yang
menaruhnya dompetmu ke tas Sinta. Karena aku dan Aurel kesal dan tak suka
melihatmu berteman dengan Sinta,” ujar Ana jujur kepada Fida. Dengan wajah
menyesal.
“Apa
!, keterlaluan kamu,”marah Fida.
Fida langsung masuk ke
kelas dan langsung meminta maaf kepada Sinta karena telah marah-marah dengannya
padahal bukan Sintalah yang yang mengambilnya.
“Aurel,
aku kecewa sama kamu rel, kamu bisa melakukan hal ini kepadaku. dari dulu kita
sahabat tapi kamu belum juga mengerti perasaanku. Aku tuh ingin punya teman
baru. Bukan hanya kalian,”ucap Fida.
Aurel pun kesal dan
langsung mengira pasti Ana yang memberitahukannya kepada Fida. Karena hanya Ana
saja yang mengetahui rencananya, dan aurel semakin kesal karena Fida meminta
maaf kepada Sinta.
“Kalian semua jahat aku
tuh gak suka kalau kamu berteman dengan Sinta anak baru itu, dan kamu juga Na
aku gak nyangka yah Na kamu gak bisa nyimpan rencana kita”marah Aurel.
“Ya sudah, lebih baik
diantara kita tidak ada kata sahabat lagi saja,” ucap Aurel lagi.
“Ya
sudah, aku tuh rugi punya sahabat kaya kalian gak pernah mengerti perasaanku
sedikit pun dan gara-gara kalian aku juga aku sering dihukum,”kata Fida.
Dengan sedih dan kecewa Ana dan Aurel
mendengar perkataan Fida.
“Oke,
ini kan yang kamu mau. Selama ini aku gak mau kalau kita bersahabat dengan
Sinta. Sekarang kamu bebas ingin bersahabat dengan siapapun,” Kata Aurel.
Setelah kejadian itu
Fida, Ana dan Aurel menjalankan aktifitasnya masing-masing, tidak memperdulikan
satu sama lain. Mulai dari berangkat sekolah, istirahat di kantin sampai pulang
ke rumah.
Keesokan harinya dengan
raut wajah yang pucat pada Ana, siapapun tak ada yang memperhatikannya kecuali
Sinta. Sinta tak tega melihat Ana dengan wajah yang pucat.
“Na,
kamu kenapa ?”tegur Sinta. Ana tak bisa menjawab pertanyaan Sinta karena Ana
sangat lelah dan tak berdaya. Sinta pun langsung membawa Ana ke ruang UKS
sekolah dan member minum dan obat padanya. Kondisi Ana membaik setelah
beristirahat di ruang UKS sekolah.
Di UKS sekolah “Sinta
makasih yah kamu sudah membawaku ke ruang
UKS dan memberiku obat” ucap Ana. Ana terharu dengan kebaikan Sinta. Dan Ana
meminta maaf kepada Sinta atas perbuatannya yang sangat buruk itu. Semakin
terharu lagi Ana ternyata Sinta adalah orang yang pemaaf.
Hari ke hari mereka telah
lalui pagi yang cerah Fida, Ana, Aurel, dan Sinta sudah ada di kelas untuk
proses belajar mengajar berlangsung, Pada saat itu murid-murid harus
mengumpulkan PRnya di depan meja bu guru. Fida dan Ana langsung
mengumpulkannya. Sedangkan Aurel dengan wajah takut dan kebingungan ternyata
Aurel belum mengerjakkan PRya. Aurel ingin melihat PR kepada Ana dan Fida
tetapi Aurel gengsi dan malu. Saat itu Sinta melihat Aurel yang sedang
kebingungan dan ketakutan. Sinta mengira pasti Aurel belum mengerjakannya.
“Ni
Rel, tapi besok-besok kalau ada PR kerjakan yah,” ujar Sinta sambil memberikan
PRnya. Aurel tak bisa menolak pemberian dari Sinta daripada harus dihukum.
Aurel dengan cepat menyalin PR tersebut.
Saat istirahat “makasih
yah Sin, coba kalau tidak ada kamu pasti aku akan dihukum,” ucap Aurel.
“iya
sama-sama”jawab Sinta. Aurel dan Sinta berincang-bincang. Aurel baru menyadari
kalau Sinta adalah orang yang baik dan sangat asyik. “menyesal aku tidak
mendengar perkataan Fida saat itu, ternyata Sinta orangnya sangat baik dan
asyik,” ucap Aurel dalam hati.
“Sin,
maafin aku yah waktu itu aku pernah jahat sama kamu, dan sekali lagi aku minta
maaf atas dompet Fida yang aku taruh di tasmu,”ucap Aurel.
Sinta terkaget “Apa, ternyata kamu
yang telah menaruh dompet Fida ditasku,”
Aurel terheran-heran. Aurel kira
Sinta sudah mengetahuinya.
“Kamu belum mengetahuinya
? aku kira kamu sudah mengetahui hal itu dari Fida,”Tanya Aurel.
“Tidak,
Fida hanya meminta maaf kepadaku tidak memberitahukan siapa yang menaruh dompet
Fida di tas Aku,” Jawab Sinta.
“Iya,
aku maafin kok,” kata sinta lagi.
“Makasih
yah,” Aurel sangat terharu dengan sikap Sinta walaupun dia telah dijahati tetap
saja ia mau memaafkannya.
Sinta
merasa bersalah karena Sinta telah membuat persahabatan Fida, Ana dan Aurel
terpecah-pecah belah. Sinta pun bertekad harus membuat persahabtannya kembali
utuh. Sinta mengumpulkan Fida, Ana, dan Aurel di taman setelah pulang sekolah.
Setelah berkumpul,
“Ana,
Fida, Aurel aku minta maaf yah, gara-gara aku persahabatan kalian terpecah belah” kata Sinta.
“ini bukan salah kamu kok sin ini salah aku
seharusnya aku tidak bersikap seperti itu, Ana, Fida maafin aku yah,” ucap
Aurel. Mereka pun saling bermaaf-maafan.
“ya
sudah, kalian sekarang bersahabat lagi yah seperti dulu. Aku janji aku takkan
ganggu persahabatan kalian lagi,” Sinta memohon-mohon kepada ana dan Aurel.
Gara-gara
Sinta, Ana, Aurel dan Fida bersatu kembali menjadi sahabat terlebih dahulu.
“Eh,
teman-teman gimana kalau Sinta menjadi sahabat kita,” Kata Aurel dan Ana. Fida
Teheran-heran dengan Aurel dan Ana karena saat Fida mengajak Sinta menjadi
sahabatnya mereka berdua menolaknya. Aurel
pun menjelaskannya kalau Aurel sudah berubah gara-gara berteman dengan
Sinta.Begitu pula dengan Ana.
“Memang
kalian tidak malu punya sahabat seperti aku?”Tanya Sinta.
“Kenapa
harus malu kita semua kan sama,”ucap Aurel.
Sekarang
persahabatan Ana,Fida dan Aurel menjadi 4 orang yaitu Ana, Aurel, Fida dan
Sinta. Dengan senangnya Fida, Ana dan Aurel mempunyai sahabat baru yaitu Sinta.
Langganan:
Postingan (Atom)